Pengertian Desain Komunikasi Visual
Desain komunikasi
visual atau
lebih dikenal di kalangan civitas akademik di Indonesia dengan singkatan DKV
pada dasarnya merupakan istilah penggambaran untuk proses pengolahan media dalam
berkomunikasi mengenai pengungkapan ide atau penyampaian informasi yang bisa
terbaca atau terlihat. Desain Komunikasi Visual erat kaitannya dengan
penggunaan tanda-tanda (signs), gambar (drawing),
lambang dan simbol, ilmu dalam penulisan huruf (tipografi), ilustrasi dan warna
yang kesemuanya berkaitan dengan indera penglihatan.
Proses komunikasi disini melalui eksplorasi
ide-ide dengan penambahan gambar baik itu berupa foto, diagram dan lain-lain
serta warna selain penggunaan teks sehingga akan menghasilkan efek terhadap
pihak yang melihat. Efek yang dihasilkan tergantung dari tujuan yang ingin
disampaikan oleh penyampai pesan dan juga kemampuan dari penerima pesan untuk
menguraikannya.
Sejarah
Komunikasi Visual
Sejak jaman pra-sejarah manusia telah
mengenal dan mempraktekkan komunikasi visual. Bentuk komunikasi visual pada
jaman ini antara lain adalah piktogram yang digunakan untuk menceritakan kejadian
sehari-hari pada Jaman Gua (Cave Age), bentuk lain adalah hieroglyphics yang
digunakan oleh bangsa Mesir. Kemudian seiring dengan kemajuan jaman dan
keahlian manusia, bentuk-bentuk ini beralih ke tulisan, contohnya prasasti,
buku, dan lain-lain. Dengan perkembangan kreatifitas manusia, bentuk tulisan
ini berkembang lagi menjadi bentuk-bentuk yang lebih menarik dan komunikatif,
contohnya seni panggung dan drama; seperti sendratari Ramayana, seni pewayangan
yang masih menjadi alat komunikasi yang sangat efektif hingga sekarang.
Sebagai suatu profesi, desain komunikasi
visual baru berkembang sekitar tahun 1950-an. Sebelum itu, jika seseorang
hendak menyampaikan atau mempromosikan sesuatu secara visual, maka ia harus
menggunakan jasa dari bermacam-macam “seniman spesialis”.
Spesialis-spesialis ini antara lain adalah visualizers (seniman visualisasi);
typographers (penata huruf), yang merencanakan dan mengerjakan teks secara
detil dan memberi instruksi kepada percetakan; illustrators, yang memproduksi
diagram dansketsa dan lain-lain.
Dalam perkembangannya, desain komunikasi
visual telah melengkapi pekerjaan dari agen periklanan dan tidak hanya
mencakup periklanan, tetapi juga desain majalah dan surat kabar yang
menampilkan iklan tersebut.Desainer komunikasi visual telah menjadi bagian dari
kelompok dalam industri komunikasi – dunia periklanan, penerbitan majalah dan
surat kabar, pemasaran dan hubungan masyarakat (public relations).
Perbedaan Desain Komunikasi Visual dan Seni Murni
Desain Komunikasi
Visual:
a. Menghadapi lebih dari satu pengamat
b. Bertujuan untuk memuaskan seseorang atau sekelompok orang
c. Dapat memahami dan menginterpretasikan permintaan seseorang atau
sekelompok orang ke dalam suatu karya desain
d. Menggerakkan sekelompok orang untuk menghadiri suatu acara mengikuti
petunjukan, memahami peta suatu lokasi atau membeli suatu produk
e. Informasinya bersifat universal (dapat dimengerti semua
orang)
Seni murni:
a. Pengamatnya hanya satu,
yaitu seniman itu sendiri.
b. Ekspresi emosi dan perasaan
dari seniman itu sendiri yang bertujuan untuk memuaskan diri seniman tersebut.
c. Informasinya
bersifat emosional, yang berarti tidak harus dapat diartikan dan dibaca oleh
orang lain
Elemen-Elemen Dalam Desain Komunikasi Visual
Untuk
dapat berkomunikasi secara visual, seorang desainer menggunakan elemen-elemen
untuk menunjang desain tersebut. Elemen-elemen yang sering digunakan dalam
desain komunikasi visual antara lain adalah tipografi, simbolisme, ilustrasi
dan fotografi. Elemen-elemen ini bisa digunakan sendiri-sendiri, bisa juga
digabungkan.
Tidak
banyak desainer komunikasi visual yang sangat “fasih” di setiap bidang ini,
tetapi kebanyakan mempunyai kemampuan untuk bervisualisasi. Seorang desainer
komunikasi visual harus mengenal elemen-elemen ini. Jika ia tidak dapat
mengambil sebuah foto tentang kejadian tertentu, maka ia harus tahu fotografer
mana yang mampu, bagaimana mengemukakan keinginannya dan bagaimana memilih
hasil akhir yang baik untuk direproduksi. Ia juga harus dapat membeli dan
menggunakan ilustrasi secara efektif, dan seterusnya.
1. Desain dan Tipografi
Tipografi adalah seni menyusun huruf-huruf
sehingga dapat dibaca tetapi masih mempunyai nilai desain. Tipografi digunakan
sebagai metode untuk menerjemahkan kata-kata (lisan) ke dalam bentuk tulisan
(visual). Fungsi bahasa visual ini adalah untuk mengkomunikasikan ide, cerita
dan informasi melalui segala bentuk media, mulai dari label pakaian,
tanda-tanda lalu lintas, poster, buku, surat kabar dan majalah. Karena itu
pekerjaan seorang tipografer (penata huruf) tidak dapat lepas dari semua aspek
kehidupan sehari-hari.
Menurut Nicholas Thirkell, seorang
tipographer terkenal, pekerjaan dalam tipografi
dapat dibagi dalam dua bidang, tipografer dan desainer huruf (type designer).
Seorang tipografer berusaha untuk mengkomunikasikan ide dan emosi dengan
menggunakan bentuk huruf yang telah ada, contohnya penggunaan bentuk Script
untuk mengesankan keanggunan, keluwesan, feminitas, dan lain-lain. Karena itu
seorang tipografer harus mengerti bagaimana orang berpikir dan bereaksi
terhadap suatu image yang diungkapkan oleh huruf-huruf. Pekerjaan seorang
tipografer memerlukan sensitivitas dan kemampuan untuk memperhatikan detil.
Sedangkan seorang desainer huruf lebih memfokuskan untuk mendesain bentuk huruf
yang baru.
Saat ini, banyak diantara kita yang telah
terbiasa untuk melakukan visualisasi serta membaca dan mengartikan suatu gambar
atau image. Disinilah salah satu tugas seorang tipografer untuk mengetahui dan
memahami jenis huruf tertentu yang dapat memperoleh reaksi dan emosi yang
diharapkan dari pengamat yang dituju.
Dewasa ini, selain banyaknya digunakan
ilustrasi dan fotografi, tipografi masih dianggap sebagai elemen kunci dalam
Desain Komunikasi Visual. Kurangnya perhatian pada pengaruh dan pentingnya
elemen tipografi dalam suatu desain akan mengacaukan desain dan fungsi desain
itu sendiri. Contohnya bila kita melihat brosur sebuah tempat peristirahatan
(resor), tentunya kita akan melihat banyak foto yang menarik tentang tempat dan
fasilitas dari tempat tersebut yang membuat kita tertarik untuk mengunjungi
tempat tersebut untuk bersantai. Tetapi bila dalam brosur tersebut digunakan
jenis huruf yang serius atau resmi (contohnya jenis huruf Times), maka kesan
santai, relax dan nyaman tidak akan ‘terbaca’ dalam brosur tersebut.
2. Desain dan Simbolisme
Simbol telah ada sejak adanya manusia, lebih
dari 30.000 tahun yang lalu, saat manusia prasejarah membuat tanda-tanda pada
batu dan gambar-gambar pada dinding gua di Altamira, Spanyol. Manusia pada
jaman ini menggunakan simbol untuk mencatat apa yang mereka lihat dan kejadian
yang mereka alami sehari-hari.
Dewasa ini peranan simbol sangatlah penting
dan keberadaannya sangat tak terbatas dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kemanapun kita pergi, kita akan menjumpai simbol-simbol yang mengkomunikasikan
pesan tanpa penggunaan kata-kata. Tempat-tempat umum seperti pusat
perbelanjaan, hotel, restoran, rumah sakit dan bandar udara; semuanya
menggunakan simbol yang komunikatif dengan orang banyak, walaupun mereka tidak
berbicara atau menggunakan bahasa yang sama.
Simbol sangat efektif digunakan sebagai
sarana informasi untuk menjembatani perbedaan bahasa yang digunakan, contohnya
sebagai komponen dari signing systems sebuah pusat perbelanjaan. Untuk
menginformasikan letak toilet, telepon umum, restoran, pintu masuk dan keluar,
dan lain-lain digunakan simbol.
Bentuk yang lebih kompleks dari simbol adalah
logo.
Logo
adalah identifikasi dari sebuah perusahaan, karena itu suatu logo mempunyai
banyak persyaratan dan harus dapat mencerminkan perusahaan itu. Seorang
desainer harus mengerti tentang perusahaan itu, tujuan dan objektifnya, jenis
perusahaan dan image yang hendak ditampilkan dari perusahaan itu. Selain itu
logo harus bersifat unik, mudah diingat dan dimengerti oleh pengamat yang
dituju.
3. Desain dan Ilustrasi
Ilustrasi adalah suatu bidang dari seni yang
berspesialisasi dalam penggunaan gambar yang tidak dihasilkan dari kamera atau
fotografi (nonphotographic image) untuk visualisasi. Dengan kata lain,
ilustrasi yang dimaksudkan di sini adalah gambar yang dihasilkan secara manual.
Pada akhir tahun 1970-an, ilustrasi menjadi
tren dalam Desain Komunikasi Visual. Banyak orang yang akhirnya menyadari bahwa
ilustrasi dapat juga menjadi elemen yang sangat kreatif dan fleksibel, dalam
arti ilustrasi dapat menjelaskan beberapa subjek yang tidak dapat dilakukan
dengan fotografi, contohnya untuk untuk menjelaskan informasi detil seperti
cara kerja fotosintesis.
Seorang ilustrator seringkali mengalami
kesulitan dalam usahanya untuk mengkomunikasikan suatu pesan menggunakan
ilustrasi, tetapi jika ia berhasil, maka dampak yang ditimbulkan umumnya sangat
besar. Karena itu suatu ilustrasi harus dapat menimbulkan respon atau emosi
yang diharapkan dari pengamat yang dituju. Ilustrasi umumnya lebih membawa
emosi dan dapat bercerita banyak dibandingkan dengan fotografi, hal ini
dikarenakan sifat ilustrasi yang lebih hidup, sedangkan sifat fotografi hanya
berusaha untuk “merekam” momen sesaat.
Saat ini ilustrasi lebih banyak digunakan dalam
cerita anak-anak, yang biasanya bersifat imajinatif. Contohnya ilustrasi yang
harus menggambarkan seekor anjing yang sedang berbicara atau anak burung yang
sedang menangis karena kehilangan induknya atau beberapa ekor kelinci yang
sedang bermain-main. Ilustrasi-ilustrasi yang ditampilkan harus dapat
merangsang imajinasi anak-anak yang melihat buku tersebut, karena umumnya
mereka belum dapat membaca.
4. Desain dan Fotografi
Ada dua bidang utama di mana seorang desainer
banyak menggunakan elemen fotografi, yaitu penerbitan (publishing) dan
periklanan (advertising). Beberapa tugas dan kemampuan yang diperlukan dalam
kedua bidang ini hampir sama. Menurut Margaret Donegan dari majalah GQ, dalam
penerbitan (dalam hal ini majalah) lebih diutamakan kemampuan untuk bercerita
dengan baik dan kontak dengan pembaca; sedangkan dalam periklanan (juga dalam
majalah) lebih diutamakan kemampuan untuk menjual produk yang diiklankan
tersebut.
Sumber :
-
https://nadyove.wordpress.com/2015/01/24/sejarah-dan-pengertian-desain-komunikasi-visual/
-
https://hanifsyahsolehuddin.wordpress.com/2016/11/08/pengertian-dan-sejarah-desain-komunikasi-visual/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar