Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Kesustraan
2.2 IBD yang dihubungkan2.3 Nilai-Nilai dalam Prosa Fiksi
2.4 IBD yang dihubungkan dengan Puisi
BAB 3 PENUTUP
3.2 Saran
BAB 1 PENDAHULUAN
Keutuhan manusia sebagai pribadi dapat dimungkinkan melalui pemahaman, penghayatan,
dan meresapkan nilai-nilai yang terkandung dalam suatu karya seni rupa sebagai salah satu
bagian dari kebudayaan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang dianugerahi pikiran,
perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan prantara budaya untuk menyatakan rasa
seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan
apresiatif. Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap seni rupa
seolah-olah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Seni rupa sebagai karya seni
yang nampaknya rupa seolah-olah hanya dapat dihayati dengan indra mata. Maka itu
kadang-kadang seni rupa itu lebih disamakan dengan seni visual.
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Kesusastraan
Ilmu budaya dasar atau bahasa luarnya di sebut basic humanities. Kata
humanities awalnya berasal dari negara inggris yang berarti dalam bahasa
indonesia adalah sastra. kata humanities berasal dari bahasa latin yang
artinya adalah berbudaya dan halus. Sastra dalam arti khususnya itu
biasa kita gunakan dalam kebudayaan adalah ekspresi dan isi hati dari
perasaan manusia yang diungkapkan dalam bentuk pandangan cerdas yang
dituangkan dalam bentuk sesuatu hal yang mencerminkan sebuah keindahan,
Secara morfologis, kesusastraan dibentuk dari dua kata, yaitu su dan
sastra dengan mendapat imbuhan ke- dan -an. Kata su berarti baik atau
bagus, sastra berarti tulisan. Secara harfiah, kesusastraan dapat
diartikan sebagai tulisan yang baik atau bagus, baik dari segi bahasa,
bentuk, maupun isinya.
Pengertian Sastra Dan Seni Dalam Pengertian Umum
Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta
‘Sastra’, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”,
dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’
yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa
digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan
yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Yang agak biasa adalah
pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu
sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah
pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan
adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti
sastrawi, bukan sastra.
Sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh
manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci,
surat-surat, undang-undang, dan sebagainya yang dalam arti khusus dapat
kita gunakan dalam konteks kebudayaan, adalah ekspresi gagasan dan
perasaan manusia. Jadi, sastra adalah hasil budaya dapat diartikan
sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui
bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya. Selain itu dalam arti
kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra
lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan
tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk
mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
Pengertian Sastra Menurut Para Ahli
Mursal Esten (1978 : 9)
Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan
imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat)
melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap
kehidupan manusia (kemanusiaan).
Semi (1988 : 8)
Sastra. adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang
objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai
mediumnya.
Panuti Sudjiman (1986 : 68)
Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri
keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan
ungkapanya.
Ahmad Badrun (1983 : 16)
Kesusastraan adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis simbol-simbol lain sebagai alai, dan bersifat imajinatif.
Eagleton (1988 : 4)
Sastra adalah karya tulisan yang halus (belle letters) adalah karya yang
mencatatkan bentuk bahasa. harian dalam berbagai cara dengan bahasa
yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan dan
diterbalikkan, dijadikan ganjil.
Plato
Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis).
Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan
sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra
semakin rendah dan jauh dari dunia ide.
Aristoteles
Sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.
Robert Scholes (1992: 1)
Tentu saja, sastra itu sebuah kata, bukan sebuah benda
Sapardi (1979: 1)
Memaparkan bahwa sastra itu adalah lembaga sosial yang menggunakan
bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial.
Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah
suatu kenyataan social.
10. Taum (1997: 13)
Sastra adalah karya cipta atau fiksi yang bersifat imajinatif” atau
“sastra adalah penggunaan bahasa yang indah dan berguna yang menandakan
hal-hal lain”
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu
merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam
intisari ekspresi dari kreativitas manusia. Seni juga dapat diartikan
dengan sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan.
Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai. Bahwa
masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter
yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah
proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk
penggunaan medium itu.
Suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan
ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan,
sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu.
Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain
masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap
gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung yang
bermakna kematian dan mawar merah yang berarti cinta). Seni menurut
media yang digunakan terbagi 3 yaitu :
Seni yang dapat dinikmati melalui media pendengaran atau (video art),
misalnya seni musik, seni suara,dan seni sastra, puisi dan pantun.
Seni yang dinikmati dengan media penglihatan (Visual Art) misalnya
lukisan, poster, seni bangunan, seni gerak beladiri dan sebagainya.
Seni yang dinikmati melalui media penglihatan dan pendengaran (audio
visual art) misalnya pertunjukan musik, pagelaran wayang, film.
Peranan Sastra
Prosa, puisi, lakon, skenario, skripsi, risalah ilmiah, esei, kolom,
berita, surat, proposal, catatan harian, laporan, pandangan mata,
pidato, ceramah, transkripsi percakapan, wawancara, iklam, propaganda,
doa dan sebagainya semuanya jadi termasuk sastra, karena mempergunakan
bahasa. Semua sektor kehidupan, seluruh aktivitas manusia tak bisa
membebaskan diri dari bahasa. Bahkan olahraga yang jelas-jelas
menitikberatkan pada aktivitas raga, tetap saja membutuhkan bahasa dalam
menumbuhkan dan mengembangkan dirinya. Dengan cakupan yang begitu
dahsyat, sastra tidak mungkin tidak berguna. Demikianlah mahasiswa yang
sedang menekuni berbagai jurusan, akan selalu, suka tak suka berhubungan
dengan sastra
Bagaimana dengan puisi dan prosa yang merupakan bagian dari kesusastraan
(baca: sastra yang indah). Apakah puisi dan prosa juga berguna bagi
semua mahasiswa, sehingga bukan saja jurusan bahasa dan sastra tapi juga
jurusan sosial, ekonomi dan eksakta berkepentingan mengkaji sastra? Apa
seorang yang ingin menjadi insinyur, dokter, diplomat, pengusaha,
perwira, pemimpin politik, ahli hukum, negarawan dan ulama, perlu
membaca sastra?
Kesusastraan (prosa dan puisi) sesungguhnya terkait dengan seluruh aspek
kehidupan. Hanya saja karena pemaparannya menempuh lajur rekaan
imajinasi, sehingga nampak semu. Tapi dalam kesemuannya itu, sastra
merefleksikan fenomena hidup beragam dengan mendalam, mengikuti
cipta-rasa-karsa penulisnya. Untuk itu memang diperlukan kesiapan:
apresiasi, interpretasi dan analisis, sehingga dunia rekaan di dalam
sastra jelas kaitannya dengan seluruh aspek kehidupan. Kritik sebagai
perangkat penting yang sesungguhnya berfungsi menunjukkan arti kehadiran
sastra, kebetulan sangat parah di Indonesia, sehingga kehadiran sastra
semakin tenggelam hanya sebagai hiburan. Sastra memang memiliki potensi
yang hebat untuk menghibur. Dan karenanya sebagai barang komoditi
nilainya tinggi. Kaitannya dengan bisnis dan industri juga meyakinkan.
Dalam berbahasa pun mulai memperlihatkan keseragaman berbahasa yang
hampir kejakarta-jakartaan bahasanya. Selain itu sinetron juga
memberikan efek bagi psikologis dan psikis penontonnya. Begitupun budaya
sudah semestinya dalam salah satu unsurnya yang mampu memberikan
sumbangan dalam pengembangan bahasa itu sendiri. Untuk itu perlu kiranya
dilihat sejauh mana peranan sastra dan budaya dalam pengembangan
bahasa, khususnya dalam karya-karya sastra sehingga kita dapat gambaran
yang jelas peranan dari kedua hal tersebut.
Hubungan Antara Sastra, Seni dengan Ilmu Budaya Dasar
Hubungan sastra dan seni dengan ilmu budaya dasar adalah sama-sama
memiliki objek yang sama yaitu manusia. Sama-sama mempelajari hubungan
antar manusia melalui suatu komunikasi yang beraneka ragam macamnya. dan
bayangkan jika manusia hidup tanpa seni. Jika manusia hidup tanpa bisa
menyalurkan ekspresi mereka atau tidak bisa berkomunikasi dengan manusia
lainnya, maka akan menggangu kejiwaan atau psikologis manusia tersebut.
Masalah sastra dan seni sangat erat hubungannya dengan ilmu budaya
dasar, karena materi – materi yang diulas oleh ilmu budaya dasar ada
yang berkaitan dengan sastra dan seni.Budaya Indonesia sanagat
menunjukkan adanya sastra dan seni didalamnya. Latar belakang IBD dalam
konteks budaya, negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan masalah
sebagai berikut :
Kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan segala
keanekaragaman budaya yg tercemin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yg
biasanya tidak lepas dari ikatan2 primordial, kesukaan, dan kedaerahan .
Proses pembangunan yg sedang berlangsung dan terus menerus menimbulkan
dampak positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran
sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental manusiapun terkena
pengaruhnya .
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi
kehidupan mausia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya,
sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yg telah
diciptakannya.
2.2 Ilmu Budaya Dasar Yang dihubungkan dengan Prosa
Istilah prosa banyak padanannya. Kadang disebut narrative fiction, prose
fiction atau hanya fiction saja. Dalam bahasa Indonesia istilah tadi
sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai
bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan,
peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi.
Istilah cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman, atau novel, atau
cerita pendek.
A. Pengertian Prosa
Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena
variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya
yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari
bahasa Latin “prosa” yang artinya “terus terang”. Prosa biasanya
digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karena itu, prosa
dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat,
serta berbagai jenis media lainnya. Prosa juga dibagi dalam dua
bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru,prosa lama adalah prosa bahasa
indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat,dan prosa baru ialah
prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.
B. Jenis-jenis Prosa
Di dalam kesusastraan bahasa Indonesia kita, ada beberapa macam prosa antara lain:
Prosa naratif : karangan yang isinya menceritakan suatu peristiwa atau
kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah – olah mengalami kejadian
yang diceritakan itu.
Prosa deskriptif : karangan yang isinya menggambarkan suatu objek
sehingga pembaca seolah – oleh melihat sendiri objek yang digambarkan
itu.
Prosa eksposisi : karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi dengan sejelas – jelasnya.
Prosa argumentatif : karangan yang berisi idea tau gagasan yang
dilengkapi data – data kesaksian bertujuan mempengaruhi pembaca untuk
menyatakan persetujuannya.
Prosa Persuasif : karangan yang disampaikan dengan cara – cara tertentu,
bersingfat ringkas, menarik pembaca, hingga pembaca terhanyut oleh
siratan ininya.
Tetapi dari sekian banyaknya jenis-jenis prosa ini hanya ada 2 jenis
prosa yang paling sering dibahas, yaitu prosa lama dan prosa baru.
C. Komponen Dalam Prosa Lama
a. Sejarah
Sejarah (tambo), adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya
diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam
sejarah bisa dibuktikan dengan fakta. Selain berisikan peristiwa
sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja. Sejarah yang berisikan
silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama. Contoh :
Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang
yang ditulis tahun 1612.
b. Kisah
Kisah, adalah cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang
dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh : Kisah Perjalanan Abdullah ke
Negeri Kelantan, Kisah Abdullah ke Jedah.
c. Dongeng
Dongeng, adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya, yaitu sebagai berikut :
*Fabel, adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang
pengajaran moral (biasa pula disebut sebagai cerita binatang). Contoh :
Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka,
Kancil dengan Lembu, Burung Gagak dan Serigala, Burung bangau dengan
Ketam, Siput dan Burung Centawi, dan lain-lain.
*Mite (mitos), adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan
terhadap sesuatu benda atau hal yang dipercayai mempunyai kekuatan gaib.
Contoh : Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana,
Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian, Puntianak,
Kelambai, dan lain-lain.
*Legenda, adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya
suatu tempat atau wilayah. Contoh : Legenda Banyuwangi, Tangkuban
Perahu, dan lain-lain.
*Sage, adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang
menceritakan keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban
seseorang. Contoh : Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, Panji,
Smaradahana, dan lain-lain.
*Parabel, adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau
keagamaan dengan menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh : Kisah
Para Nabi, Hikayat Bayan Budiman, Bhagawagita, dan lain-lain.
*Dongeng jenaka, adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas
atau cerdik dan masing-masing dilukiskan secara humor. Contoh : Pak
Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu Nawas, dan lain-lain.
d. Cerita pelipur lara
Suatu karya sastra yang berisikan kejenakaan. Karya sastra ini bertujuan
untuk melipur lara atau membuat pembaca melupakan sedihnya.
e. Hikayat
Hikayat adalah cerita karya sastra lama yang berbentuk riwayat yang
mengisahkan hal-hal di luar kenyataan yang berkembang di lingkungan
istana. Ciri-ciri hikayat yaitu:
Bersifat istana centris.
Anonim (nama pengarang tidak dicantumkan).
Berkembang secara stetis.
Bersifat imajinatif, bersifat khayalan.
Lisan, karena disebarkan dari mulut ke mulut.
Berbahasa klise, meniru bahasa penutur sebelumnya.
D. Komponen Dalam Prosa Baru
a. Roman
Roman adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku
utamanya dengan segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering
diceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan
sampai meninggal dunia. Roman mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu
masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur bercabang-cabang,
banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas
seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut.
Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut:
*Roman transendensi, yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau
yang mengandung pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk
kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah
Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.
*Roman sosial adalah roman yang memberikan gambaran tentang keadaan
masyarakat. Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan
masyarakat yang bersangkutan. Contoh: Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis
St. Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.
*Roman sejarah yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta
historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh
dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar, Tambera
oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.
*Roman psikologis yaitu roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan
yang mendasari segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis
oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St.
Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.
*Roman detektif merupakan roman yang isinya berkaitan dengan
kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku utamanya
seorang agen polisi yang tugasnya membongkar berbagai kasus kejahatan.
Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS, Percobaan Seria oleh
Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.
b. Novel
Novel berasal dari Italia. yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk
prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang
terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau
pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perobahan nasib pelaku. lika
roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel lebih
pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria
oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh
Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.
c. Cerpen
Cerpen adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil dari
kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen
boleh ada konflik atau pertikaian, akan tetapi hal itu tidak menyebabkan
perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar,
Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang
Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.
d. Riwayat
Riwayat (biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi
pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa
juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan
sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.J
Habibie, Ki Hajar Dewantara.
e. Kritik
Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil
karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan
kriteria tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.
f. Resensi
Resensi adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku,
film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui
karya tersebut dari berbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan,
dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang
perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.
g. Esai
Esai adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu
berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah
hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni,
fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera
pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau sangat pribadi.
dan tidak boleh di sentuh oleh siapa pun.
2.3 Nilai-Nilai dalam Prosa Fiksi
Sebagai seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra
(prosa fiksi) langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan atau
cerita. Dengan perkataan lain prosa mempunyai nilai-nilai yang diperoleh
pembaca lewat sastra.
A. Pengertian Prosa Fiksi
Prosa Fiksi adalah kisahan atau ceritera yang diemban oleh palaku-pelaku
tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian ceritera
tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga
menjalin suatu ceritera. (aminuddin, 2002:66). Sedangkan M. Saleh Saad
dan Anton M. Muliono (dalam Tjahyono, 1988:106) mengemukakan pengertian
prosa fiksi (fiksi, prosa narasi, narasi, ceritera berplot, atau
ceritera rekaan disingkat cerkan) adalah bentuk ceritera atau prosa
kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa, dan alur yang
dihasilkan oleh daya imajinasi.
Pengertian lain dikemukakan oleh Sudjiman, (1984:17) yang menyebut fiksi
ini dengan istilah ceritera rekaan, yaitu kisahan yang mempunyai tokoh,
lakuan, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi, dalam
ragam prosa. Logika dalam prosa fiksi adlah logika imajnatif, sedangkan
logika dalam nonfiksi adalah logika factual.Prosa fiksi dapat dibedakan
atas pendek dan novel. Ada juga yang memilahnya menjadi tiga, selain
cerpen, dan noel, tersebut juga istilah roman.
Prosa fiksi adalah prosa yang mempunyai nilai-nilai yang diperoleh
pembaca lewat sastra. Prosa fiksi ialah prosa yang berupa cerita rekaan
atau khayalan pengarangnya. Isi cerita tidak sepenuhnya berdasarkan pada
fakta. Prosa fiksi disebut juga karangan narasi sugestif atau
imajinatif. Prosa fiksi berbentuk cerita pendek (cerpen), novel, dan
juga dongeng.
Sebagai seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra
(prosa fiksi) langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan atau
cerita. Dengan kata lain prosa mempunyai nilai-nilai yang diperoleh
pembaca lewat sastra.
B. Nilai-nilai dalam Prosa Fiksi
Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dan membaca fiksi adalah pembaca
mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu
peristiwa atau kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan
imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing, yang belum
dikunjunginya atau yang tak mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca
juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya
atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.
Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sejenis infonnasi yang tidak terdapat di dalam
ensildopedi. Dalam novel sering kita dapat belajan sesuatu yang lebih
daripada sejarah atau laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini,
kehidupan masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan datang atau
kehidupan yang asing sama sekali.
Prosa fiksi memberikan warisan cultural
Prosa fiksi dapat menstimuli imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan
pengalamanpengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan
labih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon emosional atau
rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang disajikan
dalam kehidupan sendiri.
C. Contoh Karya Sastra
Beberapa pilihan puisi Chairil Anwar dalam Deru Campur Debu (1949)
Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan akan akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Pantun Agama
Malam hari lihat bulan
Melihat bulan bersama-sama
Jika ingin disayang Tuhan
Berbuat baiklah pada sesama
D. Contoh Prosa
Dongeng
Pogi yang Malang
Pogi adalah pemuda yang malas. Kerjanya hanya makan, tidur, dan
bermain-main. Ayah dan ibunya tidak melarang sebab mereka adalah
keluarga kaya. Apa saja kemauan Pogi selalu dituruti.
Suatu pagi, Pogi pergi bermain ke hutan. Di tengah perjalanan ia bertemu
dengan seorang pengembara yang membawa lima karung yang berat.
”Hai, pemuda ! Maukah kau menolongku membawa karung ini ke kota ? ”tanya pengembara itu.
Pogi pura-pura tidak mendengar. Ia tetap berjalan perlahan sambil mengamati tumbuhan.
”Nak, aku akan memberimu salah satu dari kantong ini. Silahkan pilih!”
Pogi masih pura-pura tidak mendengar. Huh! Tadi minta tolong sekarang
malah mau memberi karung. Paling-paling isinya Cuma sampah, bati Pogi.
” Anak muda, karungku yang bertali merah ini berisi ramuan obat segala
penyakit, sedangkan yang bertali biru berisi bibit padi segala musim.
Atau kamu mau karung dengan tali berwarna putih? Ini berisi kain sutera
pilihan, yang bertali hijau berisi aneka macam penyedap masakan, dan
yang berwarna kuning berisi emas permata. Nah, pilihlah salah satu!”
”Ah, baiklah.”kata Pogi semangat. ”Aku pilihyang berwarna kuning aja.”
”Apakah kamu yakin karung ini membawa keberuntungn bagimu?”
”Sangat yakin. Sudahlah, cepat berikan. Aku tidak sabar membawanya pulang .”omel Pogi .
Pengembara itu menyerahkan karung yng bertali kuning. Pogi langsung
membawa karung itu pergi tanpa berterima kasih. Setelah agak jauh,
dibukanya karung itu. Ah, betapa gembiranyaPogi saat melihat banyak emas
di dalamnya. Pogi lalu melanjutkan perjalanan pulang.
Tiba-tiba…
”Pokoknya kalau bertemu orang kaya, kita rampok saja.” kata salah satu orang.
Pogi yang mendengar suara itu, cepat-cepat bersembunyi. Setelah kedua
orang itu berlalu, Pogi segera keluar dari persembunyiannya. Ia
meneruskan dengan tergesa-gesa dan takut. Sampailah Pogi di tepi sungai.
Di tempat penyeberangan itu tampak sepi. Hanya ada tiga penarik perahu.
”Sepi sekali hari ini.”ujar yang bertubuh paling kecil.
”Benar tidak seperti bisanya.” jawab yang berambut keriting.
”Bagaimana kalau kita rampok saja orang yang menyeberang dengan perahu kita ini ?” tanya yang bertubuh kekar.
Ketiga penarik perahu tertawa terbahak-bahak. Mendengar hal itu Pogi
semakin ketakutan. Diambilnya jalan pintas. Pogi berenang menuju ke
seberang sungai. Sesampainya di tengah sungai, seekor buaya menuju ke
arahnya.
Tanpa ragu-ragu, Pogi memukul moncong buaya itu dengan karung yang
dipanggulnya. Buaya itu malah membuka moncongnya. Pogi tak banyak
berpikir. Dilemparnya karung berisi emas itu ke arah buaya. Lemparan
tepat sekali. Buaya itu kesulitan mengunyah karung. Pogi merasa musuhnya
lengah. Ia berenang ke tepian secepatnya.
Sejak kejadian itu, Pogi menjadi sadar., ternyata emas tidak
mendatangkan keberuntungan baginya. Justru mendatangkan bahaya. Sejak
itu Pogi menjadi rajin dan bijaksana.
2.4 IBD yang dihubungkan dengan Puisi
Pembahasan puisi dalam rangka pengajaran Ilmu Budaya Dasar tidak akan
diarahkan pada tradisi pendidikan dan pengajaran sastra dan apresiasnya
yang murni. Puisi dipakai sebagai media sekaligus sebagai sumber belajar
sesuai dengan tema-tema atau pokok bahasan yang terdapat di dalam Ilmu
Budaya Dasar.
1. Pengertian Puisi
Puisi (dari bahasa Yunani Kuno: ποιÎω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create)
adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya
untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Puisi adalah ekspresi
pengalaman jiwa penyair mengenal kehidupan manusia, alam, dan Tuhan
melalui media bahasa yang artistic/esthetic, yang secara padu dan utuh
dipadatkan kata – katanya.
Puisi adalah bentuk karangan yang tidak terikat oleh rima, ritme ataupun
jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Penekanan pada segi
estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima
adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih
diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan
mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai
perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas.
Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa
orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan
lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk
menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu
kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut
mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis
selalu memiliki alasan untuk segala ‘keanehan’ yang diciptakannya. Tak
ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada
beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru.
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan
ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu
sendiri yaitu ‘pemadatan kata’. kebanyakan penyair aktif sekarang baik
pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok
puisi tersebut. Didalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat
puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya
adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar. Dibeberapa daerah
di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun. Mereka
enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.
2. Kreativitas Penyair Dalam Membangun Puisinya
Figura bahasa : seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan,
alegori, dsb sehingga puisi menjadi segar, hidup, menarik dan memberi
kejelasan gambaran angan.
Kata-kata yang ambiguitas : yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
Kata-kata berjiwa : yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu,
berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan
memukau.
Kata-kata yang konotatif : yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.
Pengulangan : berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan, sehingga lebih menggugah hati.
3. Alasan – alasan Yang Mendasari Penyajian Puisi Pada Perkuliahan IBD
Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia.
Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut
“pengalaman perwakilan”. lni berarti bahwa manusia senantiasa ingin
memiliki salah satu kebutuhan dasamya untuk lebih menghidupkan
pengalaman hidupnya dari sekedar kumpulan pengalaman langsung yang
terbatas. Dengan pengalaman perwakilan itu sastra/puisi dapat memberikan
kepada para mahasiswa memiliki kesadaran (insight-wawasan) yang penting
untuk dapat melihat dan mengerti banyak tentang dirinya sndiri dan
tentang masyarakat.
Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual.
Dengan membaca puisi mahasiswa dapat diajak untuk dapat menjenguk
hati/pikiran manusia, baik orang lain maupun did sendiri, karena melalui
puisinya sang penyair menunjukkan kepada pembaca bagian dalam hati
manusia, ia menjelaskan pengalaman setiap orang.
Puisi dan keinsyafan sosial.
Puisi juga memberikan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai
mahluk sosial, yang terlibat dalam isue dan problem sosial. Secara
imaginatif puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia sosial yang
bisa berupa ;
penderitaan atas ketidak adilan
perjuangan untuk kekuasaan
konflik dengan sesamanya
pemberontakan terhadap hukum Tuhan
4. Contoh Puisi
Contoh karya Rendra dengan puisinya “episode” misalnya, melukiskan
betapa kemesraan cinta begitu merasuk kedalam jiwa dua sejoli muda –
mudi yang sedang menjalin cinta. Cinta kasih itu kadang – kadang tidak
berdiri sendiri, ia sering berpadu dengan nilai – nilai kemanusiaan yang
lain seperti penderitaan (kesepian, kesedihan, keputusasaan, dll)
Kami duduk berdua
di bangku halaman rumah
pohon jambu di halaman itu
berbuah dengan lebatnya
dan kami senang memandangnya
angin yang lewat
memainkan daun yang berguguran
tiba – tiba ia bertanya :
“mengapa sebuah kancing bajumu lepas terbuka ?”
aku hanya tertawa
lalu ia sematkan dengan mesra
sebuah peniti menutup bajuku
sementara itu
aku bersihkan
guguran bunga jambu
yang mengotori rambutnya.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Keismpulan
Masalah sastra dan seni sangat erat hubungannya dengan ilmu budaya
dasar, karena materi-materi yang diulas oleh ilmu budaya dasar ada yang
berkaitan dengan sastra dan seni.Budaya Indonesia sanagat menunjukkan
adanya sastra dan seni didalamnya. Latar belakang IBD dalam konteks
budaya, negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan masalah sebagai
berikut :
1. Kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan
segala keanekaragaman budaya yg tercemin dalam berbagai aspek
kebudayaannya, yg biasanya tidak lepas dari ikatan2 primordial,
kesukaan, dan kedaerahan .
2. Proses pembangunan yg sedang berlangsung dan terus menerus
menimbulkan dampak positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan
pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental
manusiapun terkena pengaruhnya .
3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi
kehidupan mausia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya,
sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yg telah
diciptakannya .
3.2 Saran
Ketika seseorang memiliki ilmu budaya dasar dan sifat kesusastraan ,
pasti dapat membuat pelihat hasil cipta karyanya menghayati dan
melakukan hal positif dengan hasil cipta karya yang di buat. untuk itu
bagi seseorang yang telah mampu melakukan hal tersebut yaitu membuat
suatu cipta karya yang dapat di hayati oleh orang lain dan membuat
perubahan bagi pelihat hasil cipta karya saya hanya memberi masukan
sedikit, tuangkanlah hal-hal yang positif agar suatu ketika ada pelihat
hasil cipta karya dapat menirukan hal yang positif yang memiliki nilai
ke indahan, dan jangan buat cipta karya yang negatif yang dapat merusak
pemikiran manusia dan membuat manusia melakukan hal -hal yang positif.
Sumber : Nugroho, Widyo dan Muchji, Achamad. (1991). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Univesitas Gunadarma